Pekanbaru - Wacana ekspansi Sawit dalam skala luas mulai mencuat di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Adanya segelintir oknum yang mendesak agar pemerintah kabupaten Keoulauan Meranti menjadikan sawit sebagai sumber ekonomi daerah itu, membuat Pakar Lingkungan Hidup Dr Elviriadi naik pitam.
"Geram betol saye nengo Nye. . Jelas Meranti itu tanah ghedang (gambut). Dari dulu sudah teruji dengan tanaman yang ade sekarang ini , ini nak diganti pokok sawit pulak. Ngape ngentam! "Ketus Alumni SMA 1 Selatpanjang kepada media ini, Sabtu (24/5).
Akademisi yang kerap jadi saksi ahli di pengadilan itu menjelaskan lebih lanjut bahaya monokultur sawit.
Jika dilihat dari water footprint di perkebunan sawit memiliki nilai jejak air sebesar 20.321,61 m3 di/ton. Dimana water footprint ini adalah volume air yang dibutuhkan untuk satu ton tandan buah segar (TBS). Jenisnya terdiri dari 3 bentuk, yaitu: Green : sumber air hujan.
Blue : sumber air tanah dan permukaan. Grey : air yang berfungsi untuk melarutkan pupuk, bahan kimia, sampai dengan melarutkan pestisida. Monokultur sawit ini menyedot air tanah dan air permukaan begitu dahsyat, " ucap alumni UKM Malaysia.
Elviriadi menyebutkan pemerintah Kabupaten Meranti harus tetap mempertahankan tanaman Sagu.
"Pertahankan tanaman sagu (Metroxylon sagu) yang merupakan icon Meranti. Akar sagu menjadi sumber air yang dibutuhkan manusia dan ekosistem gambut di sekitarnya. Pohon sagu juga menyerap karbon dioksida, sehingga berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim. Tanah ghedang (gambut) akan kering kerontang bila ditanami sawit sehingga memicu Karhutla. Sedangkan sagu, karet, kopi, dan sayuran mempertahankan volume air di tanah gambut, " jelas alumni SD Paibon Selatpanjang itu.
"Aaaaacch payah. Asal nak cepat Kaye aje. Nak mike utak Atik tanah Meranti ye. Tak nampak mike Bangkong Tecacak di Simpang Kolam Camat tu. Ini tanah jantan yang melawan. Saye akan balek. Kalau dibio, lelamo temakol pun meloncat ke pangkuan Cukong Anti Gambut, "pungkas peneliti Cukong yang ikhlas gundul permanen demi Hutan Mengkikip.***