Pekanbaru, Tingkap.info – Pelaksanaan Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke-34 yang akan digelar di Pekanbaru tak hanya menjadi agenda musyawarah tertinggi organisasi, namun juga dimaknai sebagai momentum penting untuk konsolidasi nasional para intelektual muda Indonesia.
Ketua Panitia Nasional Kongres HMI ke-34 sekaligus Ketua HMI Badko Sumbagtera, Gopinda Aditya Putra, menekankan bahwa forum ini harus diarahkan untuk merumuskan gagasan strategis dan solusi kebangsaan. Menurutnya, di tengah berbagai tantangan seperti krisis moral, ketimpangan sosial, dan ketidakpastian arah pembangunan, peran organisasi kemahasiswaan seperti HMI menjadi sangat vital.
“Kongres ini bukan sekadar ajang pemilihan Ketua Umum. Lebih dari itu, ini adalah panggung konsolidasi gagasan anak muda untuk masa depan bangsa. HMI harus hadir memberi arah, bukan hanya ikut arus,” tegas Gopinda, Rabu (16/05/2025) di Pekanbaru.
Ia menambahkan, kongres ini merupakan ruang untuk membangun kembali tradisi intelektual yang mencerahkan. Dengan ribuan kader dari seluruh Indonesia yang hadir, diharapkan kongres bisa melahirkan rekomendasi-rekomendasi besar yang aktual dan kontekstual.
Sementara itu, Ade Sucandra, perwakilan Steering Committee Nasional, menegaskan bahwa Kongres HMI harus diselenggarakan secara efektif, efisien, dan substantif. Menurutnya, HMI tidak boleh kehilangan arah di tengah dinamika politik dan sosial yang kompleks.
“Kita ingin HMI kembali menjadi rumah besar gagasan. Kongres ini harus menjadi titik balik untuk memperkuat peran kader sebagai agen perubahan di berbagai lini,” ungkap Ade.
Senada dengan itu, Dr. Elviriadi, dosen dan pengamat gerakan mahasiswa di Riau, menyebut bahwa eksistensi HMI dalam sejarah bangsa tidak dapat dipisahkan dari peran kritis dan konstruktif para kadernya.
“HMI selalu lahir dalam pergulatan zaman. Maka sudah semestinya kongres ini melahirkan pemikiran besar dan kader-kader yang tidak hanya kritis, tapi juga solutif,” tuturnya.
Gopinda menutup pernyataannya dengan mengajak seluruh kader HMI untuk ikut serta menjaga marwah kongres, menghindari konflik, dan menjunjung tinggi etika organisasi.
“Kita ingin meninggalkan jejak yang membanggakan. Bukan hanya bagi HMI, tapi juga bagi sejarah pergerakan anak muda di Indonesia,” pungkasnya.