Meranti, Tingkap.info -- Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) langsung mengambil langkah cepat menyusul kabar duka meninggalnya seorang santri Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Fikri akibat terindikasi terpapar virus Monkeypox (Mpox), Jumat (19/9/2025).
Sebagai respons darurat, BPBD bersama Dinkes menyalurkan bantuan berupa masker dan hand sanitizer sekaligus melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan Ponpes Darul Fikri pada Minggu (21/9/2025). Bantuan yang disalurkan terdiri dari 80 kotak masker (setara 2 ribu lembar) dan 450 botol hand sanitizer.
Bantuan Diserahkan, Lingkungan Pesantren Disemprot Disinfektan
Penyerahan bantuan dilakukan langsung oleh Kabid Bencana dan Logistik BPBD Kepulauan Meranti, Ardath, S.IP, mewakili Kalaksa BPBD, M. Kardafi, SE., M.IP, bersama tim dari BPBD serta petugas kesehatan Dinkes. Usai penyerahan, kegiatan dilanjutkan dengan penyemprotan cairan disinfektan di seluruh area pondok, mulai dari asrama, ruang belajar, hingga fasilitas umum pesantren.
Ardath mengatakan, kegiatan ini bukan hanya sebatas penyaluran logistik, melainkan bentuk nyata kepedulian pemerintah daerah dalam melindungi santri dan pengurus pesantren.
“Pencegahan adalah langkah paling penting untuk memutus rantai penyebaran penyakit. Kami ingin memastikan pesantren menjadi lingkungan yang aman bagi para santri,” ujarnya.
Suasana di pesantren tampak penuh kehati-hatian. Santri yang sebelumnya cemas terlihat mulai lega setelah mendapatkan masker baru, sementara petugas menyemprotkan disinfektan ke setiap sudut ruangan.
Dinkes Imbau Waspada, Jangan Panik
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Meranti, Ade Suhartian, yang hadir dalam kesempatan itu menegaskan agar masyarakat tidak panik, namun tetap meningkatkan kewaspadaan. Ia mengingatkan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), memakai masker bila sakit, serta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala mirip cacar monyet.
“Gejala umum yang perlu diwaspadai antara lain demam, sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit. Penyakit ini bisa dicegah dengan disiplin menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menghindari kontak langsung dengan orang sakit maupun barang yang sudah terkontaminasi,” kata Ade.
Ade menambahkan, hingga saat ini tercatat dua kasus suspek Monkeypox di Meranti. Satu pasien yang sempat dirawat di RSUD Meranti meninggal dunia pada 20 September 2025 setelah empat hari perawatan. Sedangkan satu pasien lain kini menjalani isolasi mandiri di rumah, dengan pengawasan ketat tenaga kesehatan.
“Sampel kedua pasien sudah kami kirim untuk pemeriksaan laboratorium. Status mereka masih suspek, belum terkonfirmasi hingga hasil resmi keluar,” tegasnya.
Apa Itu Monkeypox?
Dalam penjelasannya, Ade juga menguraikan bahwa Monkeypox (Mpox) adalah penyakit zoonosis akibat infeksi virus Monkeypox (MPXV). Penyakit ini ditandai dengan gejala demam, ruam kulit berupa papula, vesikel, hingga pustula, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, nyeri otot, dan rasa lemas.
“Penularan bisa melalui kontak langsung dengan lesi kulit, cairan tubuh, droplet pernapasan, maupun benda yang sudah terkontaminasi. Termasuk kontak seksual juga menjadi salah satu faktor risiko,” jelasnya.
Ia menekankan, masyarakat harus segera mengisolasi diri dan memeriksakan kesehatan apabila mengalami gejala yang mengarah ke Monkeypox.
“Kami minta masyarakat tetap waspada, namun jangan panik. Dinas Kesehatan bersama BPBD dan fasilitas kesehatan terus bekerja melakukan pengawasan serta penanganan,” tambah Ade.
Sinergi Pemerintah Daerah
Langkah cepat BPBD dan Dinkes Meranti ini mendapat perhatian masyarakat, terutama di sekitar lingkungan pesantren. Kehadiran tim pemerintah dianggap memberi ketenangan di tengah kabar duka, sekaligus memastikan bahwa upaya pencegahan sudah dilakukan.
“Yang paling penting saat ini adalah melindungi santri, guru, dan masyarakat sekitar dari risiko penularan. Sinergi semua pihak akan menentukan keberhasilan kita dalam mencegah penyebaran penyakit ini,” tutup Ade.
Laporan : Nurhadi
Editor : Redaksi