Meranti, Tingkap.info - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lakukan diskusi singkat dengan PLN Selatpanjang terkait keluhan Masyarakat selalu terjadwal mati lampu bertempat di Kantor PLN Selatpanjang pada hari 25 September 2025.
Menanggapi hal tersebut, Amri Sukarles selaku perwakilan PMII menegaskan bahwa persoalan listrik di Meranti sudah terlalu lama dikeluhkan masyarakat. “Kami mengapresiasi penjelasan dari pihak PLN, tetapi kami juga ingin menekankan bahwa pemadaman ini sangat memukul kehidupan masyarakat kecil, mulai dari pedagang, pelaku jasa, hingga UMKM yang usahanya lumpuh. Aktivitas sehari-hari pun terganggu,” ujarnya.
Amri menambahkan, PMII akan terus mengawal persoalan ini. “Jika dalam waktu dekat tidak ada langkah nyata yang dirasakan masyarakat, maka kami dari PMII siap melakukan aksi turun ke jalan dan mendesak PLN agar benar-benar serius menuntaskan masalah listrik di Meranti,” tegasnya.
Menurut Dalie, penyebab pemadaman listrik dapat dibagi menjadi empat kategori. Pertama, pemadaman terencana yang dilakukan untuk pekerjaan teknis seperti penggantian trafo, kabel, maupun tiang listrik dalam rangka peningkatan kualitas layanan.
Kedua, pemadaman tidak terencana atau darurat, misalnya akibat sambaran petir, gangguan dari binatang seperti monyet atau tupai yang menyentuh kabel, hingga tiang listrik yang roboh karena tertabrak kendaraan.
Ketiga, pemadaman terjadwal yang biasanya dilakukan pada jam-jam malam saat beban pemakaian listrik meningkat. “Ini dilakukan untuk mencegah dampak pemadaman lebih luas karena konsumsi listrik paling tinggi terjadi menjelang malam, termasuk di rumah-rumah ibadah,” jelas Dalie.
Keempat, pemadaman karena force majeure yang dipicu oleh bencana alam di luar kendali pihak PLN.
Kapasitas Masih Defisit, Dua Mesin Dalam Perawatan
Dalie mengungkapkan bahwa saat ini daya listrik di Kabupaten Kepulauan Meranti masih mengalami defisit. “Kapasitas Meranti mencapai 13 megawatt, sementara yang tersedia hanya 11 megawatt. Sekitar 20 unit mesin aktif, namun dua mesin berkapasitas 2 megawatt sedang dalam pemeliharaan,” terangnya.
Ia juga menyampaikan bahwa PLN tengah menunggu kedatangan material dan peralatan baru untuk perbaikan serta penambahan kapasitas mesin. Proses pengadaan ini memerlukan waktu karena melibatkan banyak tahapan perizinan dan birokrasi.
“Kami berharap pertengahan Oktober 2025, listrik di Meranti bisa kembali normal. Semua tim bekerja keras, dan kami mohon kesabaran masyarakat,” kata Dalie saat bertemu dengan mahasiswa dari organisasi PMII.
Tetap Sosialisasi dan Koordinasi
PLN Selatpanjang, lanjut Dalie, selalu berupaya memberikan pemberitahuan terkait pemadaman melalui media sosial. Namun, untuk pemadaman mendadak akibat gangguan darurat, pemberitahuan sering kali tidak bisa dilakukan karena terjadi tanpa perkiraan.
Ia juga menegaskan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan PLN wilayah agar masalah ini dapat segera teratasi. “Tidak ada unsur kesengajaan atau mencari keuntungan dari situasi ini. Kami juga ikut merasakan dampaknya,” tegasnya.
Dalie menutup penjelasannya dengan permohonan maaf kepada masyarakat serta komitmen untuk meningkatkan pelayanan. “Mudah-mudahan semua upaya ini membuahkan hasil, dan listrik di Meranti segera stabil kembali,” pungkasnya.